Title : Osaka 11
Author : me ^ ^, (Beta
reader: Bunda Dinchan Tegoshi)
Genre/Rating
: Drama, Romance, a lil bit of Sci-fi, AU/sementara masih PG-15
Chara (fandom)
: Arioka Daiki (Hey! Say! JUMP, Suzuki Saifu (OC), Takahashi Noeru (OC), Chinen
Yuuri (Hey! Say! JUMP), Yabu Kota (Hey! Say! JUMP)
Warning : OC, OOC,
deviasi fakta bioteknologi, futuristic-setting.
Disclaimer
: Arioka Daiki, Chinen Yuuri dan Yabu Kota berada dibawah kekuasaan Johnny’s
Entertainment, Suzuki Saifu boleh pinjem dari Fukuzawa Saya, “The Island”
adalah properti dengan hak milik penuh Caspian Tredwell-Owen dan Alex Kurtzman
(penulis) dan Michael Bay (director).
B/A : Sangat
terinspirasi dari film epik “The Island”.
Sekaligus hasil kegalauan author karna gak bisa jawab pertanyaan tentang
seleksi klon rekombinan dengan melibatkan gen LacZ #abaikan. Comments and
reviews are love, minna. Flame
yang membangun juga diterima dengan hati terbuka.
Summary
: “Mereka bilang, ini kriminalitas dengan
tingkat yang cukup tinggi. Untukku, ini adalah hal yang kulakukan dengan
mengikuti kata hati. Yah, anggap saja... perjalanan kawin lari.”
.oOo.
Chapter 1. The Home
Satu
“Nah,
selesai...” ucap si pemuda manis, tersenyum.
“A,
apa ini, Yuuri-kun?” sementara gadis
dihadapannya hanya menatap penuh tanya, menyentuh hiasan kecil yang kini
terpasang di rambut hitamnya.
“Jepit
rambut. Sudah aku duga, Fu-chan terlihat cantik dengan itu...”
“Cantik
itu… apa?”
“Ha
ha ha. Sudahlah, disimpan, ya. Itu hadiah dariku…”
“Un.
Terimakasih.”
Yuuri
hanya membalas –lagi-lagi- dengan senyumannya.
Sementara
itu, seseorang melintas dan melihat aktifitas mereka. “Ehm. Saifu, ternyata kau
disini. Baguslah, aku jadi tidak perlu mengirimimu pesan. Maafkan aku karena mengganggu
kesenangan kalian, tapi sekarang waktunya Saifu untuk melakukan test
kesehatan...“ ujar si wanita berkacamata, disini ia biasa disapa Takahashi.
“H, hai...“ dan “Okay!“ jawab Saifu dan Yuuri bersamaan.
Saifu
bersama Takahashi kemudian menghilang dibalik lorong putih metalik yang sewarna
dengan lantainya, menginggalkan Yuuri yang berlari pelan sambil
berjinjit-jinjit –nyaris terlihat seperti melompat, mungkin mencari teman main
baru.
Daiki
Arioka hanya bisa menatap dari kejauhan. Ini sudah hampir bulan keempatnya
bekerja disini, Takahashi Biotech. Dia bukan ilmuwan, tapi teknisi. Sudah
hampir bulan keempatnya pula ia selalu memperhatikan Saifu Suzuki, salah satu
penghuni Osaka 11 –sistem berupa distrik yang berada dibawah naungan Takahashi
Biotech.
--
“Tenggorokanku
terasa... aneh...“
“Gomen ne. Tak akan berlangsung lama. Tablet
yang tadi kau telan adalah nanochip
yang akan memindai kondisi sistem pencernaanmu...“
“Ah,“
Saifu tak tahu harus menjawab apa.
“Tenang
saja. Proses ekskresinya akan sama seperti obat biasa. Sepuluh jam setelah kau menelannya.“
Saat Takahashi menyelesaikan kalimat, komputer di depannya
sudah menampilkan beberapa data yang diperlukan –untuk yang disebutnya dengan
pemeriksaan kesehatan.
“Hmm, ada sedikit keanehan. Penyimpangan kecil dari metabolisme
ideal. Padahal kami selalu memantau kesehatanmu secara rutin dan mengontrol
asupan makananmu, harusnya ini tidak terjadi...“
Saat itu Saifu tahu, yang bisa dilakukannya hanyalah
menunduk.
“Jangan khawatir, Saifu. Kami akan mengatasinya...“
“Un.“
“Pemeriksaan selesai. Kau boleh pergi.“
“Terimakasih, Takahashi-san.“ Saifu beranjak dari tempat duduknya dan kemudian membungkuk.
“Tunggu. Jepit rambut itu, apa Yuuri yang memberikannya?“
“Ah, ya. Yuuri-kun yang meletakkannya dirambutku...“
“Cocok untukmu. Seperti perkiraanku, Yuuri memang
menyukaimu.“ Takahashi mendekati Saifu, memasangkan satu jepit rambut lagi
tepat di bawah yang tadi dipasangkan Yuuri dan tersenyum. Cara Takahashi
tersenyum mengingatkan Saifu pada Yuuri, mereka tersenyum dengan cara yang
sama, tapi ada sesuatu yang menurut Saifu berbeda dari senyuman Takahashi,
sesuatu yang tidak bisa digambarkan dengan kata-kata. “Jepit rambut ini
sebenarnya ada sepasang, tapi entah kenapa Yuuri hanya membawa satu, sekarang kau
boleh memiliki keduanya.”
“Apa tidak apa-apa?”
“Tentu saja. Kau terlihat manis. Kadang aku membayangkan
bagaimana rasanya punya anak perempuan...“
“Eh?“
“Bukan apa-apa. Sudahlah, nikmati harimu, Saifu...“
“Hai. Terimakasih banyak, Takahashi-san. Aku permisi.”
Dan
hari itu Saifu keluar dari ruangan pemeriksaan dengan senyum terkembang,
seperti hari-hari yang lainnya.
--
“Daiki-san, maaf aku terlambat…” ucap Saifu seraya
duduk di samping sang teknisi berseragam abu-abu.
“Tak
masalah. Bagaimana pemeriksaan kesehatanmu tadi?” balas Daiki.
“Eh?
Dari mana Daiki-san tahu aku baru
saja melakukan pemeriksaan kesehatan?”
“Ah,
itu. Aku ya… tahu” Daiki merasa sedikit salah tingkah, merasa seperti stalker atau semacamnya, meskipun Saifu
tak akan pernah bermasalah dengan itu. Gadis itu tak mengerti.
“Hmm,
pemeriksaan kesehatannya baik. Takahashi-san
baik sekali, dia memberiku jepit rambut ini, satunya lagi diberikan Yuuri-kun.”
“Manis sekali…”
“Takahashi-san
juga bilang begitu. He he, apa yang Daiki-san bawa hari ini?“ Saifu
tersenyum-senyum. Menanti Daiki untuk membuka bungkusan yang disebutnya dengan
kotak bekal.
Daiki
menghela nafas. Seolah ekspresinya berkata ‘Saifu,
tak sadarkah kalau aku tadi memujimu?’
“Aku
bawa onigiri, sosis gurita juga, dan
jus melon.” ujar Daiki, membuka kotak bekalnya.
“Yay!”
ucap Saifu girang “Ng, tapi… sepertinya Takahashi-san tidak senang kalau aku makan selain yang disajikan untukku
tiap hari…” ekspresinya seketika berubah murung.
“Hh, memangnya siapa dia? Ibumu? Hahaha.“ balas Daiki.
“Bukan, Takahashi-san
itu ibunya Yuuri-kun.“ jawab Saifu
kelewat polos hingga Daiki tak bisa menjawab. “Tapi kali ini saja. Biarkan aku
makan bekal Daiki-san lagi. Makanan
yang dibawa Daiki-san selalu enak,
tidak seperti makanan yang disajikan untuk orang-orang di distrik. Eh, bukannya
makanan-makanan itu tidak enak, hanya saja yang dibawa Daiki-san lebih enak.“
“Aku tahu...“
Entah sejak kapan menjadi kebiasaan mereka. Saat para
pekerja istirahat, Saifu akan menyelinap ke ruangan mesin dan menghabiskan
waktu bersama Daiki, berpartisipasi menghabiskan bekal Daiki lebih tepatnya. Daiki
tak mengeluh jika harus membawa bekal ekstra setiap hari karena menurutnya
ekspresi bahagia Saifu tidak bisa terganti.
Perusahaan memang menyediakan makanan untuk para pekerja
di cafetaria. Tapi Daiki lebih suka membawa bekalnya sendiri, ia tak suka menu
di cafetaria, semua dirancang sebagai ‘makanan sehat’. Sehat, tapi Daiki tidak
suka rasanya. Yah, meskipun tak seburuk yang diberikan untuk para penghuni
distrik. Makanan dan minuman yang diberikan untuk penghuni distrik dibuat
khusus untuk setiap individu berdasarkan kebutuhan nutrisi secara terperinci
demi kondisi yang selalu sehat dan ideal. Jika Saifu mengatakan ‘Bukannya
makanan-makanan itu tidak enak’, Daiki tahu itu tidak benar. Makanan-makanan
itu tidak enak, hanya saja para penghuni distrik sudah terbiasa.
Takahashi Biotech., sebuah perusahaan Bioteknologi yang
mau membayar Daiki dengan bayaran cukup besar asal ia mau tutup mulut. Bagi seorang
yatim piatu pengangguran yang hidup diera pasca “bencana besar” sepertinya,
pekerjaan adalah kebutuhan mutlak. Awalnya Daiki mengira Takahashi Biotech.
hanya sebuah perusahaan biasa, memproduksi insulin untuk penderita diabetes,
vaksin untuk penyakit hepatitis atau bahan-bahan lain yang bahkan namanyapun
tak pernah fasih ia lafalkan. Bukan hal seperti itu, tapi mereka disini menyediakan
asuransi kesehatan.
Ada
kalanya manusia menjadi sakit, tua, bahkan mati. Penyusun tubuh manusia –dari
sel, jaringan, organ hingga sistem organ
dapat mengalami penurunan fungsi atau bahkan kematian total, dikarenakan gaya
hidup, penyebab lain, maupun seiring bertambahnya usia. Namun alangkah
nyamannya bila manusia punya sparepart
yang siap digunakan untuk mengganti organ tubuhnya yang rusak kapan saja. Menerima
donor organ dari orang lain kadang menimbulkan kesulitan karena reaksi
penolakan yang kadang terjadi –dan itu tak bisa dilakukan sesuka hati. Tidak
lagi, jika donor organ dilakukan dari orang yang sama, maksudnya –ehm- orang
yang benar-benar identik secara genetik.
Di
bidang itulah Takahashi Biotech. menjalankan spesialitas mereka. Setiap penghuni
distrik Osaka 11 adalah klon dari orang-orang kaya di seluruh penjuru negeri. Siap
untuk diambil organnya kapan saja klien membutuhkan. Mereka semua dibodohi,
ingatan mereka diatur hingga kecerdasan mereka tak lebih dari anak sembilan
tahun. Disini berlaku dogma bahwa “bencana besar” telah meluluh lantakkan
seluruh negeri dan Osaka 11 ada untuk mereka yang selamat, disini adalah tempat
yang sangat aman.
Ya,
“bencana besar”. Memang sebuah fenomena yang lebih dari dua puluh tahun lalu merubah
nasib hampir setengah bagian dunia dengan meluluh lantakkannya, tak terkecuali
negeri ini. Semuanya berubah, pusat pemerintahan dan perekonomian kini berada
di Tokyo. Wilayah lain tidaklah se-mentereng Tokyo, begitu halusnya. Beberapa
daerah memang sudah terlihat seperti kota layak huni, tapi ada juga yang lebih
terlihat seperti daerah kumuh bahkan sisa reruntuhan, dengan ‘pemerataan
pembangunan’ yang selalu jadi agenda utama pemerintah kota. Entah bagaimana
ketidakseimbangan itu bisa terjadi. Dan tempat ini dulunya adalah Osaka, perfektur
dengan sejuta pesona, kini terasing dan didominasi padang gersang, tempat
berdirinya dome raksasa bernama Osaka 11 yang menjadi tempat
tinggal para klon hingga hidup mereka diakhiri demi kepentingan orang-orang
kaya yang membayar Takahashi dan rekan-rekannya.
Daiki
faham benar. Tindakan membagi bekalnya dengan Saifu tidaklah dibenarkan oleh
perusahaan. Bahkan disini interaksi penghuni dengan penghuni lain secara halus
dibatasi, terlebih lagi jika dengan para pekerja atau staff yang berasal dari ‘dunia
luar’. Diruang mesin tak ada CCTV, Daiki bisa menghabiskan waktu istirahatnya
bersama Saifu dengan tenang, tentu saja dengan rekan-rekan teknisi yang
bersedia bekerjasama dengan tutup mulut.
“Daiki-san, aku ingin tahu… dunia luar itu
seperti apa? Kalau memang seburuk yang diceritakan, kenapa Daiki-san harus meninggalkan distrik lalu
kembali besok harinya? Apa Daiki-san
tidak takut? Kenapa Daiki-san tidak
tinggal sepanjang hari saja di distrik?” tanya Saifu menerawang.
“Itu…”
Daiki menelan ludah, jika ia salah bicara sedikit saja dan ketahuan pengawas
distrik, ia akan kehilangan pekerjaan, bukan hanya itu tapi nyawanya bisa juga
terancam. Ia bahkan tak sadar Saifu memperhatikannya pulang dan kembali ke
distrik.“Yah, seperti yang kau tahu, diluar kau hanya bisa melihat reruntuhan. Tapi
aku tak terlalu khawatir, karena tempat tinggalku sangat dekat dari distrik...
tempat yang aman ini...“ ada campuran dari kekhawatiran, hati-hati dan rasa
bersalah dari kalimat Daiki.
“Bolehkan suatu hari aku melihat ke tempat Daiki-san? Aku ingin tahu bagaimana Daiki-san memasak berbagai makanan yang enak.“
tanya Saifu lagi, kini penuh harap.
Daiki berpikir keras untuk bisa menjawab. Tapi untungnya,
alarm tanda jam istirahat selesai menyelamatkannya dari kemungkinan salah
bicara. “Baiklah, aku harus kembali bekerja.“
“Aku akan datang lagi besok!“
“Tentu. Aku akan menunggu.“
Saifu tersenyum dan meninggalkan ruang mesin. Daiki
selalu menyukai seyuman itu, Saifu selalu tersenyum dengan tulus dan polos. Tapi
terkadang Daiki tak menyukai tatapan mata Saifu yang bertanya-tanya, untuk Daiki
tatapan itu terasa menuntut kebenaran dan menghakimi. Penghakiman atas
kebohongan, yang dikatakan pada orang yang disukai.
Dua
Hari ini Daiki ditugaskan untuk memperbaiki sistem
listrik di kamar salah satu penghuni distrik. Setelah menyelesaikan tugasnya,
ia berjalan santai menuju ruang mesin sambil mengedarkan pandang, mencari sosok
gadis berrambut hitam panjang yang tak lain adalah Saifu. Sebagian besar jam
kerja Daiki dihabiskan di ruang mesin, jadi tak banyak kesempatannya bertemu
Saifu jika bukan gadis itu yang mengunjunginya. Hampir seluruh penghuni distrik
adalah orang dewasa, remaja yang bisa ditemui Daiki hanya Saifu, dan Yuuri. Ada
yang sedikit aneh dari Yuuri, anak lelaki satu-satunya dari Takahashi Noeru. Pertama
kali Daiki melihat Yuuri, ia terlihat seperti bocah lelaki manis berusia 13
tahun, bergelayutan manja dilengan ibunya. Beberapa bulan berlalu, dan Yuuri
sekarang sudah tampak seperti remaja yang paling tidak umurnya adalah 17 tahun.
Anak-anak jaman sekarang tumbuh begitu cepat.
“Aku ingin tahu... tentang Yuuri...” ujar Daiki.
Dan disinilah Daiki berada sekarang, ruang penelitian. Setelah
seorang staff yang berjalan terburu-buru -sambil berkata istrinya akan
melahirkan- meminta Daiki menaruh lab jas dan ID card-nya tanpa pikir panjang. Kini Daiki sedang dalam misi
menyelinap, mengenakan ID card dan
pakaian yang bukan miliknya.
“Ha ha ha. Aku tahu dia memang manis seperti anak
perempuan. Kau ternyata...” balas Kota Yabu dengan senyuman jahil yang penuh
arti. Yabu tak merasa curiga, ketidaktahuan Daiki serta merta membuatnya
beranggapan bahwa ia adalah orang baru.
“Jangan menatapku begitu! Aku bukan orang dengan hobi
semacam itu!“ balas Daiki sedikit kesal.
“Hey, jangan salahkan aku yang mengira macam-macam kalau
kau bilang ingin tahu tentang Yuuri sambil menatap fotonya dengan intens.“
“Harusnya
aku yang curiga padamu. Kau
yang meletakkan fotonya dalam frame
unyu, di dekat komputer pribadimu...“
“Jangan berpikir macam-macam! Noeru yang meletakkannya. Dia
lumayan sering menghabiskan waktu kerjanya di ruangan ini. Jadi dia memaksa
meletakkan foto Yuuri di sini, bukan hanya itu, di ruangan lain yang sering
dikunjunginya juga pasti diletakkan foto Yuuri barang satu, Noeru itu son-complex!“
Dan saat itu Daiki bersyukur Takahashi tak pernah
menghabiskan waktu kerjanya di ruang mesin.
“Aku hanya ingin tahu, kenapa Takahashi-san selalu membiarkan anak itu
mengikutinya ke tempat seperti ini. Bukankah hal berbahaya bisa saja terjadi?“
“Sudah kubilang, dia itu son-complex. Noeru bahkan tak memasukkan Yuuri ke sekolah umum, yah…
aku tahu itu memang tak perlu. Sebenarnya ini adalah cerita yang lumayan
panjang, Yuri itu… awal revolusi perusahaan ini…”
“Maksudmu?”
“Sekarang sedang tak banyak kerjaan, aku akan
menceritakannya padamu…”
Daiki hanya mengangguk singkat, menyimak setiap kata yang
diucapkan Yabu.
“Dulunya Takahashi Biotech. hanya perusahaan bioteknologi
biasa. Kami memproduksi berbagai protein untuk keperluan terapi. Tapi coba kau
pikirkan, untuk apa kau sepanjang hidup bersusah-susah menyuntikkan pen tajam
ke tubuhmu demi suplai insulin saat pankreasmu sudah rusak karena diabetes
mellitus dengan resiko alergi, jika kau bisa mengganti pankreasmu dengan yang baru
dan sehat…” papar Yabu kasual, sementara Daiki bersusah payah mencerna setiap
kata-katanya dengan tetap mempertahankan ekspresi wajah agar Yabu tidak curiga.
“Jadi, apa hubungannya dengan Yuuri?”
“Sabar dulu, aku baru mulai. Aku dan Noeru pernah berada
di kelas yang sama saat di universitas. Ia baru saja menyelesaikan kuliahnya
ketika kedua orang tuanya meninggal karena pembunuhan saat pulang dari acara
makan malam. Menurut penyelidikan, tak ada motiv pembunuhan terencana dari
saingan bisnis karena barang-barang yang bibawa saat itu habis dicuri, mereka murni
jadi korban perampokan. Hal itu membuat perusahaan otomatis jatuh ke tangan
Noeru. Banyak yang meragukan kemampuan Noeru karena usianya yang masih muda,
tapi seiring berjalannya waktu dan bantuan dari orang-orang kepercayaan
perusahaan, stabilitas sedikit demi sedikit bisa dikembalikan...“
“Diusia semuda itu, Noeru memang menanggung beban yang
berat. Tapi ada satu yang menjaganya tetap bahagia, lelaki yang sudah sejak
kuliah dikenalnya dan selama lebih dari setahun tinggal bersamanya, pacarnya. Yah,
bisa dibilang... ayah dari Yuuri. Pukulan kedua diterima Noeru saat orang itu meninggal dalam kecelakaan. Tapi Noeru
seakan mendapat harapan baru ketika tahu dirinya hamil...“
“Yuuri...“
“Ya. Noeru bersikeras mempertahankan bayinya meski harus
membesarkannya seorang diri. Tapi semuanya tak berjalan mulus, dokter
mengatakan bahwa kehamilan Noeru bermasalah dan jika tetap dilahirkan, bayinya
tak akan bertahan lama. Kegembiraan Noeru luar biasa saat Yuuri lahir, tapi tak
butuh waktu setahun hingga ia jadi hampir gila karena bayinya sekarat.“
“Dan saat itulah semuanya dimulai. Noeru memaksa
perusahaan untuk melakukan kloning manusia pertamanya, dengan probabilitas
keberhasilan kurang dari sepuluh persen.“
“Kupikir,
anak itu tidak seperti para penghuni distrik...“ Daiki mencoba menimpali.
“Mungkin
bagi perusahaan lain, percobaan melakukan kloning manusia bukan hal yang luar
biasa. Tapi bagi kami, hal
itu sama sekali baru saat itu. Kami biasanya hanya melakukan kloning gen untuk
produksi protein rekombinan, tak dihantui perasaan bersalah jika terjadi
kegagalan. Kloning manusia pertama kami sukses dan Noeru kembali mendapatkan
putra kesayangannya, klon yang identik. Tidak sepenuhnya identik juga, karena
kami merekayasa gen-nya, menyisipkan beberapa pembawa genotif yang diinginkan
Noeru –menjadikan Yuuri anak yang sehat. Yuuri yang setiap hari kau lihat itu
tidak lagi menjadi milik ibunya secara personal, ia milik perusahaan,
kondisinya dipantau setiap saat, hidupnya didedikasikan untuk perusahaan dan
saat ia mati mayatnya akan ditempatkan di laboratorium penelitian perusahaan
ini.”
“Dan setelah itu, revolusi bagi perusahaan ini pun
dimulai. Kami menyediakan kloning untuk donor organ bagi orang-orang yang
menggunakan jasa kami dan dalam waktu singkat, perusahaan berkembang dengan
sangat pesat hingga seperti saat ini. Aku tahu kloning manusia masih belum
diijinkan sampai saat ini dan bisa jadi apa yang kami lakukan melanggar hukum. Tapi
masih saja ada yang terus bekerja untuk perusahaan. Sebagian karena obsesi
pengembangan ilmu pengetahuan dan sebagian lagi karena kebutuhan materi...”
“Tunggu, kau bilang kloning manusia memiliki tingkat
keberhasilan yang rendah dan yang kutahu, butuh beberapa kali hingga didapatkan
klon yang bertahap hidup. Apa saat kelahiran Yuuri, semuanya berjalan dengan
keberhasilan langsung?”
“Hahahaha!” Daiki sedikit kaget ketika Yabu tiba-tiba
tertawa, “Kau pikir kami apa? Penyihir? Tentu saja hal seperti itu hampir tidak
mungkin terjadi. Aku masih ingat betul. Saat kami ‘menciptakan‘ Yuuri,
digunakan lebih dari 150 sel telur digunakan untuk menghasilkan 30 embrio. 9
berhasil dilahirkan, sebagian besar dari mereka cacat dan hanya satu yang
berhasil hidup dengan normal, hingga sekarang.“
“Jadi, mereka dilenyapakan...?“
“Ya...“
“Seperti yang kalian lakukan saat menciptakan para
penghuni distrik?“ Daiki meremas ujung lab jasnya, berharap akan mendegar
jawaban ‘tidak‘ atau alternatifnya dari Yabu.
“Ya, seperti itu singkatnya. Ayolah, ada apa denganmu,
orang baru? Kalau kau ingin memproduksi protein rekombinan, pergi saja ke
tempat lain. Aku sudah bosan dengan bakteriofag, plasmid dan hal-hal semacam
itu!“
Kalau tidak menahan sekuatnya, bukan tak mungkin Daiki
akan memuntahkan sarapannya. Ia benar-benar mual, mendengar Yabu menceritakan
tindakannya melanggar hukum dengan menciptakan manusia dan dengan tangan dingin
membunuhnya, semua itu dikatakan dengan kasual, seperti menceritakan pesta yang
dilalui semalam dengan teman kelas.
Tapi keduanya kemudian dikagetkan oleh pop-up yang muncul di komputer Yabu.
“H... kupikir hari ini bakal sepi order...“
“Apa itu?“
“Ini order dari
klien, hari ini aku yang bertugas menerimanya.“
“Ng?“
Daiki melongok untuk melihat pesan yang diterima Yabu,
dan kepalanya seperti tertimpa beban luar biasa berat saat melihat nama dan
foto yang terpampang di komputer Yabu. Tanpa bertanyapun Daiki sudah tahu,
bahwa penghuni distrik yang bersangkutan akan segera dikorbankan demi
kepentingan klien, pemegang polis asuransinya.
Saifu Suzuki
Tak bisa menghabiskan waktu lebih lama lagi ditempat itu,
Daiki melarikan diri tanpa permisi. Perasaannya bercampur aduk. Baru saja ia
menerima informasi mengejutkan tentang apa yang sebenarnya dilakukan Takahashi,
sekarang ia tahu bahwa Saifu akan segera diambil darinya. Saifu memang bukan
miliknya, tapi kehilangan gadis itu adalah hal yang sangat tidak ia inginkan.
Daiki tak peduli jika ia menabrak seseorang, dipandang
dengan aneh atau harus menghindari kejaran petugas keamanan distrik. Seiring
kakinya terus berlari, yang ada dipikiran Daiki hanya satu, membawa Saifu kabur
dari tempat ini, kedunia luar.
To be continued to next chapter: 2. The Runaway.
.oOo.
B/A 2 : Akhirnya
chapter 1 beres dengan nista. Hiks, saya kangen Yuuri yang imutnya kayak anak
13 taun T^T #abaikan. Ada yang bingung sama tema bioteknologi di cerita ini? Pasti
enggak, dong. Istilah yang saya pake juga yang simple-simple aja. Kalaupun ada
yang bingung, saya sediain Glosarium. Oiah, saya juga menerima pertanyaan
dengan hati terbuka kalau ada yang mau nanya tentang tema bioteknologi di
cerita ini. Kayak “Kenapa sih, orang-orang kaya itu gak pake teknik stem cell aja?” #dorr atau “Tolong
jelaskan proses ‘pembuatan’ Yuuri secara jelas dan terperinci!” (Yuuri hasil
kloning loh, ya. Bukan yang lahir secara normal XP #plakk), “Kenapa Daiki gak
jadi model atau penyanyi aja malah jadi mekanik?” #ehh, atau malah “Apa yang
dilakukan author saat dikelas Bioteknologi?”. Apapun. Pokoknya, comments are
love :3
.oOo.
Glosarium
Gen, potongan DNA
yang mengode protein atau RNA.
Genotif, sifat genetik
dari sel, organisme atau individu. Biasanya berhubungan dengan karakter.
Kloning, teknik
penggandaan gen yang menghasilkan keturunan yang secara genetik identik dengan
induknya. Yang dulu dibikin Takahashi Biotech. itu kloning tingkat gen/DNA
untuk produksi protein rekombinan. Kalau yang dipakai buat ‘bikin’ Yuuri sama
Saifu itu kloning tingkat organisme, yaitu kloning reproduksi.
Klon, hasil kloning,
dong XP
Protein Rekombinan,
protein hasil DNA rekombinan. Semacem hormon atau vaksin rekombinan. Biasanya
dipakai untuk keperluan terapi.
Bakteriofag, Plasmid dan hal-hal semacam itu,
vektor pembawa yang diperlukan untuk melakukan kloning gen.
Sel telur,
diperlukan pada proses kloning reproduksi. Sel telur yang sudah dibuang intinya
dipakai untuk menerima transfer inti dari sel donor/somatic cell (somatic cell nuclear transfer), habis itu jadilah
zigot hasil kloning, jadi embrio dan jadi bayi. Yah, seperti itu.
.oOo.